SOAL LATIHAN MILITER, KORSEL MINTA KORUT TAK BEREAKSI BERLEBIHAN
foto: bertha/GARASInews
Seoul,GARASInews - Latihan militer gabungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Korea Selatan (Korsel) tetap digelar di tengah ketegangan dengan Korea Utara (Korut). Presiden Korsel Moon Jae-In meminta Korut tidak memberikan reaksi berlebihan atas latihan gabungan ini.
Pekan lalu, pemimpin Korut Kim Jong-Un menunda rencana serangan rudal ke Guam, wilayah AS di Pasifik, dengan alasan ingin mengawasi 'tindakan bodoh' AS. Tindakan bodoh yang dimaksud merujuk pada latihan militer gabungan AS-Korsel yang digelar 21 Agustus ini.
Latihan militer tahunan ini selalu memicu kemarahan Korut. Rezim Korut meyakini, AS dan Korsel tengah bersiap untuk melakukan invasi ke wilayahnya dengan latihan gabungan itu. Kim Jong-Un saat itu menegaskan, Korut bisa menyerang kapan saja jika AS bertindak sembrono.
Di tengah ancaman Korut itu, latihan gabungan AS-Korsel tetap digelar. Seperti dilansir GARASInews, Senin (21/8/2017), Presiden Moon untuk kesekian kalinya menegaskan bahwa latihan militer gabungan bernama 'Ulchi Freedom Guardian' ini murni bersifat defensif.
"Sama sekali tidak ada niat untuk meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea, karena latihan ini digelar secara tahunan dan untuk tujuan defensif," tegas Presiden Moon di hadapan anggota kabinet pemerintahannya.
"Korea Utara seharusnya tidak berlebihan menanggapi upaya kami untuk menjaga perdamaian, ataupun jangan melakukan provokasi yang bisa memperburuk situasi, dengan menggunakan itu (latihan gabungan) sebagai alasan," imbuhnya.
Latihan gabungan AS-Korsel akan berlangsung hingga 31 Agustus mendatang. Latihan ini melibatkan simulasi komputer yang dirancang untuk menghadapi potensi perang dengan Korut yang berkemampuan nuklir.
Tidak akan ada latihan lapangan bagi para personel militer AS maupun Korsel dalam latihan gabungan ini. AS menempatkan sekitar 28 ribu personel militernya di Korsel. Dari jumlah itu, hanya sekitar 17.500 tentara yang ikut serta dalam latihan militer gabungan tahun ini.
Jumlah itu lebih sedikit jika dibandingkan tahun lalu, yang melibatkan 25 ribu tentara. Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, menjelaskan bahwa pengurangan jumlah personel itu disebabkan oleh kebutuhan yang memang lebih sedikit, bukan dipicu ketegangan dengan Korut.
Post a Comment